Pengikut

Gerhana Matahari Total 2016

| on
Maret 09, 2016
[Jalan-jalan] Aku ingat, ketika aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, di Jakarta terjadi Gerhana Matahari Total. Tapi, ketika itu aku masih kecil. Masih lugu. Masih polos. Jadi, akibatnya, aku terlalu percaya dengan berbagai mitos yang beredar di tengah masyarakat kala itu.
Salah satunya adalah:
1. Tidak boleh menatap langsung, nanti bisa buta. (ini bukan mitos tapi fakta. Memang benar kita tidak boleh menatap langsung, harus dengan perantara yang lebih lembut dengan mata. Bisa dengan
kacamata khusus, atau kaca film, atau melihat lewat pantulan air yang ditampung di dalam baskom, atau melihat lewat pantulan yang ada di lembar rontgen).
2. Diam saja. Tidak boleh keluar rumah atau berada di luar rumah. (ini mitos. Mungkin karena terkait dengan anjuran agar tidak melihat ke mataharinya)
3. Diam, jangan bergerak. (jadi ketika GMT terjadi, aku disuruh duduk dengan tangan terlipat di atas meja oleh pak guruku).

Duh, jaman dulu itu banyak ditakut-takutinya deh perasaan. Jadi, ketika terjadi gerhana matahari, memang tidak ada yang berani keluar rumah. Diam saja di dalam kelas. Bahkan ibu-ibu yang hamil juga dilarang keluar rumah karena katanya anak dalam kandungannya nanti bakalan bompel (atau tompel ya? itu loh ada bercak kehitaman besar di kulitnya. Seperti tahi lalat raksasa gitu).

Lalu. sekarang kejadian langka yang katanya terjadi saban 350 tahun sekali ini, terjadi lagi di Indonesia.
Loh? Berapa usiaku sekarang, kok bisa kembali merasakan Gerhana Matahari Total?
Apa jangan-jangan aku terminum ramuan panjang umur ya?
Ya nggak sih. Ternyata, kali ini meski Gerhana Matahari Total terjadi lagi tapi beda dengan yang terjadi ketika aku masih SD dulu.

Kali ini Jakarta tidak mengalami gerhana matahari total. Hanya mengalami gerhana matahari sebagian saja. Katanya sih 88% saja. Dan karena aku sudah dewasa dan berkeluarga, maka yang aku lakukan adalah bersama dengan keluargaku kami pergi ke masjid untuk menjalankan shalat gerhana.


Nah... berbeda dengan yang terjadi jaman aku SD dulu, sekarang masyarakat lebih berani dan lebih terbuka. Segala mitos sudah tidak dipercaya. Malah, sekarang sudah ada berbagai macam acara terkait dengan peristiwa gerhana matahari total ini. Mulai dari tayangan live report di televisi, hingga paket kunjungan wisata untuk melihat gerhana matahari total.

Keluargaku memaknainya dengan melakukan shalat gerhana matahari. Tapi karena aku sedang berhalangan, jadi aku sempat menyaksikan sedikit gerhana mataharinya.

ini suasana ketika gerhana baru saja terjadi. Lihat deh, suasananya masih temaram dan seperti mendung. Mataharinya terpotong sedikit sekali di ujung sebelah bawahnya. 

orang-orang yang melakukan shalat gerhana matahari di masjid Al Huda Tebet, Jakarta

gerhananya sudah mau selesai. Suasana mendung mulai perlahan terang.

ah.... kapan lagi bisa menimang matahari seperti ini. 

ini matahari  pagi sebelum terjadi gerhana. Aku ambil ketika sedang berada dalam taksi menuju masjid. 

matahari kembali utuh. 
Indonesia, kali ini memang dilalui oleh beberapa kota sekaligus pada peristiwa langka Gerhana Matahari Total kali ini. 11 Kota sekaligus.


11 Kota yang beruntung dilalui oleh Gerhana Matahari Total ini adalah: Padang, Jakarta, Bandung, Surabaya, Pontianak, Denpasar, Banjarmasin, Makassar, Kupang, Manado dan Ambon. Itu sebabnya Kementerian Pariwisata lewat Departemen Pariwisata mencanangkan untuk memanfaatkan moment ini untuk para wisatawan dari manca negara untuk melakukan kunjungan wisata gerhana di beberapa kota yang terlewati oleh gerhana tersebut.

Dan tampaknya, hal ini cukup sukses. Masyarakat kita cukup antusias untuk melihat gerhana matahari total sambil berwisata. Itu sebabnya paket-paket wisata gerhana laris manis dengan cepat.

Mungkin, itu sebabnya kali ini Google, ikut mengabadikan momen ini dengan membuat desain khusus tentang gerhana matahari total. Ini dia.

hehehe... lucu ya.


2 komentar on "Gerhana Matahari Total 2016"