Pengikut

Romantisme Para Petualang a la Evrina

| on
Mei 14, 2016
[Jalan-jalan] Kerja dari pagi hingga malam. Setiap hari. Dan menjalani rutinitas hidup yang nyaris serupa. Hal ini tentu bisa mendatangkan kejenuhan tersendiri bagi siapa saja. Itu sebabnya yang namanya berlibur itu amat dibutuhkan. Refreshing pikiran, otomatis akan menyegarkan kembali bukan  hanya pikiran saja tapi juga tubuh yang letih.

Bagi mereka yang rutinitasnya "bekerja" (dalam tanda kutip yang artinya punya jam kerja tertentu rutin, punya deskripsi pekerjaan yang pasti, dan punya lokasi tempat bekerja yang rutin), berlibur itu adalah sebuah kebutuhan. Lalu, bagaimana dengan para petualang alam? Mereka bosan nggak sih dengan kegiatan petualangan yang sering mereka jalani? Memangnya masih terasa nikmat berlibur jika sepanjang waktu mereka memang selalu berlibur? Ini yang sempat ditanyakan oleh anakku ketika mereka menonton acara-acara tentang petualangan alam.



Mungkin, karena dalam benak anak-anak, para petualang itu tidak punya pekerjaan. Dari suasana pagi, siang dan malam mereka terekam kamera sedang bertualang. Lalu kapan bekerjanya coba? Dan apakah makna berlibur bagi mereka sudah jadi hal yang biasa saja nantinya karena mereka kan memang pekerjaannya "berlibur" ?

Mungkin, pertanyaan-pertanyaan ini bisa dijawab jika kita "kepoin" blognya Evrina Budiastuti dengan blognya yang berjudul Evrinasp.com: Menghijaukan Bumi Melalui Tulisan.




Evrina, bisa dipanggil Rina, kesehariannya bekerja sebagai seorang penyuluh pertanian. Sudah berkeluarga dan memiliki anak, selain bekerja sebagai penyululuh pertanian dia juga seorang petualang alam. Hobi mendaki gunung atau menjelajah alam lainnya.

Evrian bercerita bahwa setiap 3 bulan sekali, biasanya dia mengajukan cuti ke kantornya untuk menuntaskan hobbi bertualangnya.

"Bicara tentang liburan, awal April ini saya mau mengajukan cuti lagi nih untuk kembali meluapkan semangat yang sudah menggebu-gebu untuk mendaki gunung. Tetapi tujuan utamanya sih untuk membuang beban hidup di puncak gunung supaya pas turun jiwa dan raga ringan kembali *lalu masalah pun datang bertubi-tubi, duhhh jangan deh" (baca di tulisannya:http://evrinasp.com/liburan-murah-meriah-ala-adventurer-wannabe/)

Ternyata, meski selalu melakukan petualangan alam, tapi kualitas berlibur bagi para petualang itu tetap sama nilainya.

Biasanya, bagi seseorang yang menjalani sesuatu yang sama dalam porsi yang sering, kualitas nilai pekerjaan itu menjadi semakin berkurang nilainya.

Contohnya, seseorang yang baru bisa menulis. Ketika dia akhirnya berhasil menyelesaikan tulisannya sebanyak 10 lembar, dia akan mengalami kepuasan yang mampu membuatnya tersenyum dan ingin memberitahu semua orang tentang keberhasilannya. Besoknya, ketika dia kembali bisa menulis sebanyak 10 lembar lagi, kegembiraan yang dia miliki tidak sebanyak kegembiraan ketika pertama kali dia bisa melakukannya. Masih gembira, tapi tidak terlalu membuatnya ingin segera memamerkan hasil pekerjaannya tersebut pada semua orang.
Lalu ternyata dia bisa melakukan hal yang sama di hari-hari selanjutnya.
Hasilnya apa?
Setelah 1 tahun kemudian, dia pasti akan merasa bahwa apa yang dia lakukan itu sesuatu yang nilanya "biasa" saja. Bahkan mungkin dia mulai merasa bahwa semua orang mungkin bisa melakukannya dengan mudah juga.

Inilah yang disebut dengan kualitas nilai kepuasan pekerjaannya.

Lalu, bagi para petualang yang memang selalu bertualang, apakah nilai kepuasan mereka ketika berhasil bertualang itu demikian juga? Apakah makna berlibur bagi para petualan alam itu sudah menjadi datar juga?

Ternyata, kualitas nilai kepuasan ini akan berbeda perlakuannya jika pekerjaannya sudah menjadi sebuah hobbi. Ada tuntutan dari dalam diri untuk melakukannya lagi dan lagi. Dan tubuh secara otomatis akan mengembangkan sebuah kreatifitas tersendiri bagaimana cara-cara untuk bisa tetap menikmati dan menjalankan hobbi tersebut.


Bagaimana menjaga agar kualitas nilai berlibur tetap berharga

Ini ada beberapa rangkuman informasi yang bisa diambil hikmahnya untuk menjaga kualitas nilai berlibur. Di blognya Evrina, aku menemukan bahwa bahkan bagi seorang petualang alam pun ternyata dibutuhkan langkah-langkah cerdas untuk mengatasi rutinitas. Karena, bagi seorang petualang alam, bertualang alam itu sudah menjadi sebuah hobbi bagi mereka. Tapi, harus diakui bahwa biarpun hobbi, tapi jika tidak dikelola dengan baik maka hobbi itu bisa mendatangkan hal-hal yang tidak enak juga. Beberapa hal bisa mengganggu dan mengurangi kenikmatan menjalankan hobbi, seperti kelelahan, tidak punya uang, kurang persiapan, dan sebagainya. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga agar kualitas berlibur tetap berharga a la Evrina adalah:

1. Pentingnya mengatur jarak waktu atau jeda.

Menurut Evrina mengatur jeda antara waktu untuk berlibur satu ke berlibur yang lain itu amat penting untuk diperhatikan. Mengapa? Karena untuk bisa berlibur dan bertualang serta sekaligus nantinya bisa menikmati berlibur dan bertualang itu, memberikan jeda waktu amat perlu. Ada banyak hal yang harus dilakukan dalam rangka mempersiapkan liburan dan bertualang. Seperti mempersiapkan fisik atau stamina yang sehat dan kuat, juga mempersiapkan uang agar bisa berlibur. Yang terakhir ini penting pake banget.
"Mengapa perlu jeda? karena tubuh butuh istirahat juga dan yang terpenting menabung biaya perjalanan. Mendaki gunung terutama yang di luar wilayah tempat tinggal sungguh menguras kantong saya. Apalagi kalau sudah menggunakan burung besi, siap-siap tabungan dapat terkuras. Untuk itu perlu menyiasati bagaimana adventure tetap jalan namun tidak mengganggu simpanan."

2. Tidak perlu memaksakan diri harus mendatangi tempat yang harus Wah dan Jreng.

Berlibur dan bertualang itu sebenarnya tidak perlu harus menjangkau tempat yang bikin berdecak, wah atau jreng loh. Karena pada hakikatnya, berlibur dan bertualang itu adalah perjalanan yang diniatkan untuk menyegarkan kembali pikiran dan diharapkan juga menyebarkan tubuh. Jadi capailah tempat berlibur yang terjangkau. Tidak perlu memaksakan diri. 

"...petualangan versi saya, jalan ke tempat-tempat tertentu yang jaraknya dekat juga termasuk petualangan. Namanya juga adventurer wannabe, jadi jauh dekat asalkan sudah keluar rumah dan memiliki naluri menyusur ke jalan-jalan tertentu sudah termasuk petualangan hehe. Kalau sampai ke puncak gunung itu petualangan banget."


3. Buat tema ketika sedang betualang atau berlibur tersebut.

Ini hal yang sepele kelihatannya ya. Buat apa coba membuat tema berlibur segala? Tapi, ternyata cara yang digunakan Evrina ini cukup efektif untuk menghadirkan kegembiraan ketika melakukan liburan atau petualangan.

Ada sugesti tersendiri dalam benak kita ketika kita tahu apa tema atau misi dari petualangan atau liburan kita kali ini. Apakah itu dalam rangka ingin merayakan ulang tahun pernikahan; atau dilakukan dalam rangka untuk mensyukuri pertambahan usia kita; atau ungkapan syukur atas keberhasilan kita mendapatkan sesuatu; bahkan meski itu dalam rangka menghabiskan voucher liburan yang kita miliki sekalipun. 

Berlibur atau bertualang tanpa tema atau misi tertentu mungkin bisa diterapkan. Tapi berlibur atau bertualanga dengan tema tertentu bisa menghadirkan suasana hati yang berbeda, meski tempat yang kita kunjungi itu sebenarnya sudah sering kita datangi.

Evrina bulan April/Mei lalu melakukan perjalanan petualangan bersama suaminya ke Puncak Gunung Rinjani dalam rangka merayakan Anniversary (hari ulang tahun pernikahannya) pada tanggal 2 Mei. Petualangannya ke puncak gunung Rinjani ini dia tulis di blognya (dan asli bikin mupeng banget).

4. Bangun suasana dengan cerita yang menarik selama liburan atau bertualang.

Terakhir, bangun suasana ketika dalam perjalanan berlibur atau bertualang itu dengan komunikasi. Jangan asyik dengan gadget deh. Apalagi asyik dengan teman-teman yang ada di dunia maya. Itu sama saja dengan tidak menciptakan komunikasi. Karena, ketika berlibur itu yang asyik itu adalah berkomunikasi dengan orang-orang yang secara real atau nyata ada di sekitar kita. Ngobrol dengan teman yang ada di sebelahmu, sapa anakmu, sapa pasanganmu, ajak mereka semua bercanda, bercerita, atau kalau perlu bernyanyi bersama. Atau buat game yang bisa melibatkan semua orang yang sedang pergi bersama tersebut.

Kebersamaan yang dibangun lewat cerita ini, akan mampu mengusir rasa jenuh dan bosan ketika berlibur atau bertualang meski tempat yang menjadi tujuan berlibur saat ini sebenarnya tempat biasa yang sering kita datangi sekalipun. 

Jika sudah begitu, terlihat sekali kan bahwa ternyata para petualang itu adalah sosok-sosok yang romantis. Mereka membangun romantisme sebagai seorang petualang dengan cara yang unik. Apakah kalian juga seromantis mereka?

 

7 komentar on "Romantisme Para Petualang a la Evrina"
  1. hehehe mbak kalo lihat suami ku dan aku pas lagi naik gunung mesti gak nyangka juga deh, dia selalu ngekorin aku walaupun aku jalannya lemod kaya keong, pasangan suami istri lain yg naik gunung juga sama saling mendukung, memang dibalik sangarnya kegiatan alam, ada sisi humanisme dan romantisme yang kadang membuat saya meleleh, termasuk dari persahabatan. Makasih mbak atas reviewnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kebayang Rina... mungkin karena naluri untuk melindungi itu adalah naluri suami ya. Dan makin menjadi ketika sedang bertualang.

      Hapus
    2. Waah romantisnya jadi pengen naik gunung dengan suami hihi... Mbk Ev keren deh

      Hapus
  2. romantiiiiiis. pengen jugaaaaaa. haha.

    BalasHapus
  3. Iya loh, berpetualang ke tempat yang dekat aja, tapi dengan tema tertentu udah bikin hati jadi ceria dan bersemangat saat menjalaninya.

    BalasHapus
  4. wah, romantis banget.. pngn banget punya pasangan kyk beliau.. :)

    BalasHapus