Pengikut

Malioboro di Waktu Malam

| on
November 28, 2017
[Jalan-jalan] Apa sih yang menarik dari Malioboro? Seharusnya, pertanyaan ini aku ajukan sebelum aku berencana berlibur ke Yogyakarta. Entah mengapa daerah yang satu ini begitu terkenal dan seakan-akan merupakan daerah yang wajib dikunjungi jika kita ingin pergi ke Yogyakarta.




Ini ceritaku ketika liburan ke Yogyakarta sekeluarga beberapa tahun yang lalu.

"Mas... kita lihat Malioboro ya?"
"Penuh De disana. Crowded."
"Nggak papah, anak-anak kan belum pernah lihat."
"Okeh. Nanti insya Allah kita ke sana."

Akhirnya, mengunjungi Malioboro kami masukkan dalam itilinery liburan ke Yogyakarta sekeluarga. Meski aku dan suami sudah pernah mengunjungi Malioboro sebelumnya. Meski jika salah menawar kita akan membeli barang yang dijual di kaki lima Malioboro ternyata harganya jauh lebih murah daripada beli di Mall sekalipun. Hehehe. Liburan ke Yogya tanpa ke Malioboro rasanya kurang lengkap.

Malioboro sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti karangan bunga.

foto diambil dari https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/other/malioboro/

Entah mengapa asal muasalnya hingga memilih arti karangan bunga untuk nama jalan. Biasanya kan nama jalan diambil dari nama pahlawan setempat ya. Tapi, pemilihan nama jalan yang unik ini ternyata membawa berkah sepertinya untuk kota Yogyakarta. Karena, akhirnya jalan Malioboro ini benar-benar menjelma menjadi sebuah bunga cantik yang memancing perhatian banyak orang untuk menghampiri dan mengintip kecantikannya.

Ya, keberadaan Jalan Malioboro memang menjadi magnet bagi banyak turis baik di dalam maupun luar negeri dan otomatis ini mendatangakan pemasukan bagi daerah Yogyakarta dan juga pendapatan bagi penduduk Yogyakarta yang mencari rezeki di sektor jasa atau barang di sepanjang jalan Malioboro.

Aku dan keluargaku sendiri tiba di jalan Malioboro ketika matahari sudah sempurna tenggelam. Meski demikian, suasana di jalanannya masih tetap hiruk pikuk dan bahkan macet.

"Ini masih mendingan loh bu. Liburan sekolah beberapa hari yang lalu, jalan Malioboro ini benar-benar macet total. Saya antar tamu sampai dua jam di jalanan ini."

Waah. Jadi, ini saranku untuk menghemat ongkos kendaraan. Jika naik kendaraan, lebih baik jangan masuk ke jalan Malioboronya tapi dari Hotel Melia yang ada di Ngapasan, Jl A. Yani, belok ke arah pasar Beringhardjo melalui arah jalan ke Taman Budaya, lewat Gereja Kristus Alam Kudus, lalu belok menuju Masjid Al Mutaqqin yang ada di sebelah Pasar Beringhardjo. Nah, lewat jalan ini lebih mendingan macetnya. Ada pasar Senthir di depan Mirota batik. Jika naik taksi, bilang saja ke Mirota yang ada Malioboro. Supir taksi lebih suka antar konsume ke daerah sini ketimbang ke Malioboronya yang terkenal macet total.

Ini dia petanya (aku ambil dari google map)



Nah, dan ini adalah foto-foto yang aku ambil untuk melukiskan suasana Malioboro di waktu malam.

itu mirota di depan sana, ini adalah suasana di depan masjid Al Mutaqqin yang ada di sebelah Pasar senthir dan pasar Bringhardjo.

Sepi? Bukan, ini masih lampu merah di persimpangan jalan yang ada di tengah Jl Malioboro. Pas lampu sudah hijau lagi, kembali macet.

Ini dia Mirota yang aku maksud. Depannya kayaknya sederhana ya, padahal di dalamnya meriah sekali. Nanti deh, tulisan berikutnya aku akan nulis tentanga Mirota.

ini adalah pengamen jalanan. Personil pengamennya banyak banget. Ada yang mukul gendang, nyanyi, gitar, dan sebagainya. Rame.


eh... sstt, si mbak baju merah ini aku kira tadinya penyanyinya loh karena tiba-tiba masuk ke depan para pengamen itu. Eh, nggak tahunya dia cuma mau numpang foto-foto bersama para pengamen saja. hahaha

Tuh, rame kan suasana jalan raya Malioboro di waktu malam.


Itu ceritaku sebagian tentang Yogya.
------------------------
Penulis: Ade Anita
1 komentar on "Malioboro di Waktu Malam"