[Jalan-jalan] Entah mengapa, ayahku sebelum meninggal berkata padaku, lebih tepatnya menitipkan pesan pada kami anak-anaknya, bahwa sepeninggalan dia nanti, warisan kalau bisa jangan dipakai untuk jalan-jalan dan makan-makan saja. Tapi gunakan untuk sesuatu yang berguna.
Kenyataannya, ternyata keluargaku adalah keluarga yang suka melakukan kegiatan traveling, minimal wisata kuliner.
Jalan-jalan dan makan-makan. Wah.
Lalu, dalam rangka mentaati nasehat ayahku, akhirnya aku tidak mengalokasikan warisanku untuk 2 kegiatan itu. Tapi malah mengalokasikan sebagiannya untuk.... shopping.
Aku bersenang-senang melengkapi koleksi tasku. Hingga memenuhi lemari.
Duh. Sedih sekali jika mengingat ini. Aku menyesal dengan sikap gegabahku ini. Karena, tas-tas yang bertumpuk itu pada akhirnya hanya memberi kesenangan sesaat saja. Setelah itu dia menumpuk tertimbun di lemari.
Jika bisa kembali ke masa lalu, maka uangnya lebih baik aku masukkan deposito saja deh. Jadi, ketika anak-anak sudah besar sekarang, kami bisa melakukan traveling ke banyak negara atau banyak tempat. Itu sepertinya lebih berguna daripada membeli tas cantik.
Tapi, mesin waktu itu kan tidak ada ya. Kita tidak bisa kembali ke masa lalu dan mengubah masa lalu. Yang bisa kita lakukan adalah melakukan perubahan yang lebih bermakna di masa sekarang agar masa depan kita bisa ikut terimbas perubahannya menjadi lebih baik juga insya Allah.
Aku tetap saja sih menyukai tas cantik. Hanya saja sekarang berusaha keras untuk tidak mau seemosional dulu membelinya. Tidak mau lucu sedikit langsung beli; bagus sedikit langsung beli, maina tawar saja lalu begitu dikasih malah nggak enak ninggalinnya jadi terpaksa beli.
Aku sekarang berusaha agar lebih "kuat dan sabar menghadapi godaan konsumerisme."
Yap. Ini bentuk penyesalanku, yaitu berusaha memperbaiki diri agar bisa lebih baik daripada hari kemarin.
Kenyataannya, ternyata keluargaku adalah keluarga yang suka melakukan kegiatan traveling, minimal wisata kuliner.
Jalan-jalan dan makan-makan. Wah.
Lalu, dalam rangka mentaati nasehat ayahku, akhirnya aku tidak mengalokasikan warisanku untuk 2 kegiatan itu. Tapi malah mengalokasikan sebagiannya untuk.... shopping.
Aku bersenang-senang melengkapi koleksi tasku. Hingga memenuhi lemari.
Duh. Sedih sekali jika mengingat ini. Aku menyesal dengan sikap gegabahku ini. Karena, tas-tas yang bertumpuk itu pada akhirnya hanya memberi kesenangan sesaat saja. Setelah itu dia menumpuk tertimbun di lemari.
Jika bisa kembali ke masa lalu, maka uangnya lebih baik aku masukkan deposito saja deh. Jadi, ketika anak-anak sudah besar sekarang, kami bisa melakukan traveling ke banyak negara atau banyak tempat. Itu sepertinya lebih berguna daripada membeli tas cantik.
Tapi, mesin waktu itu kan tidak ada ya. Kita tidak bisa kembali ke masa lalu dan mengubah masa lalu. Yang bisa kita lakukan adalah melakukan perubahan yang lebih bermakna di masa sekarang agar masa depan kita bisa ikut terimbas perubahannya menjadi lebih baik juga insya Allah.
Aku tetap saja sih menyukai tas cantik. Hanya saja sekarang berusaha keras untuk tidak mau seemosional dulu membelinya. Tidak mau lucu sedikit langsung beli; bagus sedikit langsung beli, maina tawar saja lalu begitu dikasih malah nggak enak ninggalinnya jadi terpaksa beli.
Aku sekarang berusaha agar lebih "kuat dan sabar menghadapi godaan konsumerisme."
Yap. Ini bentuk penyesalanku, yaitu berusaha memperbaiki diri agar bisa lebih baik daripada hari kemarin.
hehehe, sudah mencoba bersabar padahal. Maaf deh, masih newbee berusahanya. |
Be First to Post Comment !
Posting Komentar