[Jalan-jalan] Entahlah ya. Sebelum pergi mengunjungi kelenteng Sam Poo Kong, aku tuh aslinya mendengar tentang kabar seliweran bahwa dahulunya kelenteng Sam Poo Kong ini adalah sebuah masjid. Tapi seiring perjalanan waktu, masjid ini beralih fungsi menjadi sebuah kelenteng.
Atas informasi yang belum pasti inilah aku ketika berlibur ke Semarang, Jawa Tengah, ditemani oleh Uniek Kaswarganti (seorang blogger Semarang, juga founder Komunitas Blogger Gandjel Rel Semarang), berkunjung ke kelenteng Sam Poo Kong. Ternyata eh ternyata, informasi ini salah.
Ketika masuk ke dalam areal Kelenteng Sam Poo Kong ini, sebelum masuk ke dalam areal terbuka yang super luas di depan panggung raksasa di depan Kelenteng, kita akan bertemu dengan sebuah papan petunjuk yang memberitahu tentang sejarah dari Sam Poo Kong itu sendiri.
Jadi, setelah masuk ke dalam gerbang (oh ya, jangan lupa untuk membeli tiketnya dulu ya. Harga tiketnya tuh, Rp7000/orang. Tapi, Rp7000 ini hanya untuk masuk hingga sampai di pelataran luas di depan panggung raksasa di luar Kelenteng Sam Poo Kong saja. Jika kalian ingin masuk ke dalam Kelenteng Sam Poo Kong maka kalian harus membayar sebesar Rp37.000/orang. Nah, jika ingin menyewa guide yang akan menjelaskan tentang serba serbi kelenteng Sam Poo Kong, kalian dikenakan bayaran sebesar Rp35.000 untuk bayaran 1 orang guidenya. Enak sih.... karena nanti bisa minta tolong difotoin juga ama dia. hehehe.)
Jika kalian niatnya untuk belajar tentang sejarah Semarang, mungkin bayar guide ada baiknya sih menurutku. Karena si guide ini akan lancar menceritakan tentang Semarang dari sisi Kelenteng Sam Poo Kong.
Cuma ya itu sih. Ada catatan tersendiri dariku. Yaitu, bahwa membaca sejarah itu sebaiknya tidak hanya dari satu versi saja. Karena sejarah diceritakan berdasarkan sudut pandang saksi sejarah ketika sebuah kejadian berlangsung. Ada kalanya, si saksi sejarah sedang berada di sebelah timur ketika matahari terbit sehingga dia hanya melihat di jeda waktu pagi. Sedangkan saksi sejarah yang lain, menyaksikan kejadian sejarah ketika sedang berada di waktu siang ketika matahari sedang ada di atas kepala. Tentu saja ada perubahan meski kejadiannya sama.
Artinya. bisa jadi satu kejadian sejarah muncul dalam bentuk banyak versi. Karena kita tidak tahu mana yang benar, maka berusahalah untuk membaca dari berbagai literatur dan versi dan mengambil benang merahnya. Cerita yang berbeda jauh, bisa jadi bukan yang sebenarnya.
Kembali ke sejarah Sam Poo Kong, jadi, ceritanya guide yang kami sewa itu, mengatakan bahwa dahulunya Laksamana Zheng He (Cheng Ho) itu tidak pernah berniat untuk datang ke Semarang.
Lalu kenapa Laksamana Zheng He (Cheng Ho) bisa mendirikan kelenteng Sam Poo Kong?
Karena, awalnya kapal yang dinaiki oleh Laksamana Zheng He (Cheng Ho), nakhodanya sakit keras. Maka, berlabuhlah kapal yang dinaiki Laksamana Zheng He (Cheng Ho) di pelabuhan Semarang. Setelah itu, Laksamana Zheng He (Cheng Ho) mendirikan sebuah gua di kaki gunung batu untuk ditempati oleh Nakhodanya yang sakit keras tersebut. Tidak hanya itu, dia juga memberikan beberapa harta benda dan pengawal bagi nakhodanya tersebut agar bisa bertahan hidup di tanah asing, Semarang.
Selama menemani nakhoda kapalnya tersebut, Laksamana Zheng He (Cheng Ho) membantu rakyat yang tinggal di Semarang untuk mengatasi beberapa masalah seperti bercocok tanam, dan mengolah hasil bumi dan laut. Tentu saja rakyat menjadi senang dan mencintai Laksamana Zheng He (Cheng Ho) karena perhatiannya yang tulus ini dan membantu membangunkan rumah yang layak bagi nakhoda yang sedang sakit.
Kelak, nakhoda kapal dan pengawalnya ini berbaur dengan rakyat, menikah dan berketurunan. Tentu saja terjadi pertukaran budaya, termasuk mengolah makanan dan sebagainya. Jangan heran, Lumpia Semarang itu, jika dirunut asal muasalnya, ya sebenarnya sih berasal dari China. Begitu juga dengan Wedang Ronde atau sekoteng, atau onde-onde, atau otak-otak, atau yang lainnya.
Nah. Sebegitu dulu ya ceritaku tentang kelenteng Sam Poo Kong. Nanti bersambung lagi dengan cerita lian dari kelenteng Sam Poo Kong insya Allah.
Atas informasi yang belum pasti inilah aku ketika berlibur ke Semarang, Jawa Tengah, ditemani oleh Uniek Kaswarganti (seorang blogger Semarang, juga founder Komunitas Blogger Gandjel Rel Semarang), berkunjung ke kelenteng Sam Poo Kong. Ternyata eh ternyata, informasi ini salah.
Alhamdulillah, aku senang bisa datang mengunjungi Sam Poo Kong, jadi setidaknya tahu informasi yang sebenarnya, bukan informasi yang berdasarkan kabar burung semata.Jadi, sejak awal, Sam Poo Kong itu bukan rumah ibadah agama apapun. Tapi aslinya adalah rumah yang diberikan oleh Laksamana Cheng Ho untuk nakhoda kapalnya yang jatuh sakit. Lalu, di jaman pemerintahan Presiden Gus Dur, rumah ini dipugar dan dijadikan Kelenteng, bernama Kelenteng Sam Poo Kong.
berdua blogger uniek kaswarganti mengunjungi Sam Poo Kong, Semarang |
Ini Gerbang masuk ke dalam Kelenteng Sam Poo Kong dari luar |
Setelah kita masuk ke dalam gerbang, kita akan bertemu dengan papan informasi Sam Poo Kong |
Jadi, setelah masuk ke dalam gerbang (oh ya, jangan lupa untuk membeli tiketnya dulu ya. Harga tiketnya tuh, Rp7000/orang. Tapi, Rp7000 ini hanya untuk masuk hingga sampai di pelataran luas di depan panggung raksasa di luar Kelenteng Sam Poo Kong saja. Jika kalian ingin masuk ke dalam Kelenteng Sam Poo Kong maka kalian harus membayar sebesar Rp37.000/orang. Nah, jika ingin menyewa guide yang akan menjelaskan tentang serba serbi kelenteng Sam Poo Kong, kalian dikenakan bayaran sebesar Rp35.000 untuk bayaran 1 orang guidenya. Enak sih.... karena nanti bisa minta tolong difotoin juga ama dia. hehehe.)
Jika kalian niatnya untuk belajar tentang sejarah Semarang, mungkin bayar guide ada baiknya sih menurutku. Karena si guide ini akan lancar menceritakan tentang Semarang dari sisi Kelenteng Sam Poo Kong.
Cuma ya itu sih. Ada catatan tersendiri dariku. Yaitu, bahwa membaca sejarah itu sebaiknya tidak hanya dari satu versi saja. Karena sejarah diceritakan berdasarkan sudut pandang saksi sejarah ketika sebuah kejadian berlangsung. Ada kalanya, si saksi sejarah sedang berada di sebelah timur ketika matahari terbit sehingga dia hanya melihat di jeda waktu pagi. Sedangkan saksi sejarah yang lain, menyaksikan kejadian sejarah ketika sedang berada di waktu siang ketika matahari sedang ada di atas kepala. Tentu saja ada perubahan meski kejadiannya sama.
Artinya. bisa jadi satu kejadian sejarah muncul dalam bentuk banyak versi. Karena kita tidak tahu mana yang benar, maka berusahalah untuk membaca dari berbagai literatur dan versi dan mengambil benang merahnya. Cerita yang berbeda jauh, bisa jadi bukan yang sebenarnya.
Kembali ke sejarah Sam Poo Kong, jadi, ceritanya guide yang kami sewa itu, mengatakan bahwa dahulunya Laksamana Zheng He (Cheng Ho) itu tidak pernah berniat untuk datang ke Semarang.
Lalu kenapa Laksamana Zheng He (Cheng Ho) bisa mendirikan kelenteng Sam Poo Kong?
Karena, awalnya kapal yang dinaiki oleh Laksamana Zheng He (Cheng Ho), nakhodanya sakit keras. Maka, berlabuhlah kapal yang dinaiki Laksamana Zheng He (Cheng Ho) di pelabuhan Semarang. Setelah itu, Laksamana Zheng He (Cheng Ho) mendirikan sebuah gua di kaki gunung batu untuk ditempati oleh Nakhodanya yang sakit keras tersebut. Tidak hanya itu, dia juga memberikan beberapa harta benda dan pengawal bagi nakhodanya tersebut agar bisa bertahan hidup di tanah asing, Semarang.
Selama menemani nakhoda kapalnya tersebut, Laksamana Zheng He (Cheng Ho) membantu rakyat yang tinggal di Semarang untuk mengatasi beberapa masalah seperti bercocok tanam, dan mengolah hasil bumi dan laut. Tentu saja rakyat menjadi senang dan mencintai Laksamana Zheng He (Cheng Ho) karena perhatiannya yang tulus ini dan membantu membangunkan rumah yang layak bagi nakhoda yang sedang sakit.
Kelak, nakhoda kapal dan pengawalnya ini berbaur dengan rakyat, menikah dan berketurunan. Tentu saja terjadi pertukaran budaya, termasuk mengolah makanan dan sebagainya. Jangan heran, Lumpia Semarang itu, jika dirunut asal muasalnya, ya sebenarnya sih berasal dari China. Begitu juga dengan Wedang Ronde atau sekoteng, atau onde-onde, atau otak-otak, atau yang lainnya.
ini infografis tentang sejarah Sam Poo Kong yang aku ambil dari http://sampookong.co.id/about/ |
Ini nih kediaman asli nakhoda kapalnya Laksamana Zheng He (Cheng Ho) yang berada di kaki gunung batu |
Nah. Sebegitu dulu ya ceritaku tentang kelenteng Sam Poo Kong. Nanti bersambung lagi dengan cerita lian dari kelenteng Sam Poo Kong insya Allah.
Ouw ouw ouwww.... Sekarang diriku paham Mbaaa tentang sejarah si klenteng ini. Jadi begituuu ya. Banyak sejarah yg "dipelintir" 😆😆😆
BalasHapusTapi Ceng Ho itu beragama Islam kah?
BalasHapusBenarkah menikah dengan Nalini?
Saya ke sana tahun 2013. Pas hamil 6 bulan. Sam Poo Kong saat itu masih renovasi, blm ada papan informasi di depan
Oh jadi berawal dari sebuah Goa yang kemudian dipugar menjadi kelenteng ya..
BalasHapusSaya masih belum kesampaian ke Sam Po Kong. Selalu gagal karena waktunya nggak tepat.
BalasHapusDi sini yg saya tahu bisa sewa kostum untuk foto2 juga
sangat bagus sekali kelentengnya, sejarahnya juga menarik.
BalasHapusDapat tambahan ilmu sejarah, nih. Senangnya. Soalnya saya tidak tahu banyak mengenai klenteng itu.
BalasHapusDitunmggu kisah lanjutannya soalnya penasaran dengan bagian dalam dari klenteng. Benarkah ada kisah seram di baliknya.
Sejarah kelenteng Sam Poo Kong ternyata ada beberapa versi. Mungkin krn dicerikan dari mulut ke mulut kah? Pelajaran yang bisa diambil, hubungan antara pendatang dan penduduk setempat terjadi pembauran dengan sangat baik ya, mba.
BalasHapusJadi tahu sejarahnya Kelenteng Sam Poo Kong Semarang. Memang sibuk membaca sejarah mesti lihat dari banyak sisi dan mesti cari referensi lainnya saja. Aku setuju mengenai hal ini
BalasHapusBayar guide ke tempat wisata gak rugi kok, kita bisa dapetin info sejarah yang lebih akurat ya mbak. JAdi gak cuma foto-foto aja melainkan dapet informasi menarik juga kalau kitanya aktif nanya hihihi
BalasHapusWah gak asyik ah dipotong di jalan nih mbak Ade. Belum ketahuan benr ga itu masjid atau bukan, apakah Cheng hp muslim atau bukan. itu artinya kudu nungguin versi lengkapnya nih heuheu
BalasHapusWah jd pengen tau lebih jelasnya nih yg lengkap tidak menggantung hehe.
BalasHapusAku pikir semua guide bakal punya cerita yang sama soal sejarah nya kak, ternyata beda-beda ya... btw, aku nunggu kelanjutannya loh kak, nanti boleh lah dicolek
BalasHapusWaktu kesemarang hanya lewat saja, karena business trip jadi ngga sempet eksplore banyak tempat di semarang..sekarang belajar dulu tentang sejarah kelenteng sam poo kong dulu ya mbak
BalasHapusHuaa jadi nyesel deh waktu ke Semarang ga ke Sam Poo Kong ini, semoga bisa kesana. Btw setau aku biasanya petugas guide itu tahu mengenai sejarahnya dan pernah ke ternak lebah ada guide yang menjekaskan lengkap mengenai berbagai macam lebah dan kebiasaannya.
BalasHapusSejarah kelenteng Sam Poo Kong ternyata bermula dari rumah biasa. Nice article. Oh ya, saya follower baru blog ini. Thx
BalasHapusSalah satu kuil favorit aku mbaa.. karena memang menarik dan penuh sejaraah yaaa
BalasHapusmasya Allah itu bangunannya termasuk kuat ya Mba, dr zaman dulu kala. Ternyata sejarah itu terjadi tanpa kesengajaan ya. karena hendak menemani nakhodanya , peningglan sejarah itu, kini ada di Indonesia
BalasHapusGa sabar nunggu kelanjutan ceritanya ya mbaaa... karena masih panjang banget berikutnya :)) Senang ya mba kita keliling2 berdua ditemani guide, jadi ada tambahan informasi tentang sejarah Sam Poo Kong ini.
BalasHapusKelenteng Sam Poo Kong termasuk destinasi wisata di Semarang yang punya sejarah menarik dan bangunan cantik hingga jadi spot foto yang kece ya mna. Aku ingin ke sana suatu saat nanti buat ngajak anak anak
BalasHapusBaru tahu tentang sejarah Kelenteng Sam Pong Kong setelah baca postingan ini. Jadi penasaran nih pengen ke sana juga kalau ke Semarang nanti. Btw bener banget nih, kalau baca sejarah jangan cuma liat satu versi saja ya.
BalasHapusWah saya jadi tahu sejarah
BalasHapusgilllllssss, bener-bener ke sampookong buat belajar sejarah ya mba, dirimu, saya dulu buat foto-foto sama liat barongsai wgwgw :D
BalasHapusSempat Traveling ke Sam Poo Kong di Kota Semarang, tempatnya sering jadi foto preweed malahan :D
BalasHapus