Pengikut

Hari Kartini di Tengah Pandemi COVID 19

| on
April 21, 2020
[Jalan-jalan] Hari ini, tanggal 21 April 2020, bertepatan dengan peringatan Hari Kartini di Indonesia. Peringatan hari kartini kali ini, terasa istimewa. Terasa istimewa karena berlangsung di tengah pandemi COVID 19. Jadi, jangan heran jika tersebar foto perempuan bersanggul dan berkebaya tapi mengenakan masker.

credit foto: dari aneka grup whatsapp 




Masih ingat nggak, dulu, setiap hari kartini tiba maka beberapa hari sebelumnya kita semua sibuk memikirkan mau memakai baju nasional apa.

Waktu aku SD dulu, aku mengenakan kebaya sederhana dengan kain yang asal lilit saja di tubuhku. Ibuku termasuk orang yang malas harus berepot ria di salon agar putrinya cantik berkebaya di hari kartini. Toh nanti anaknya akan bermain juga di sekolahnya.

Rupanya, kebiasaan ibuku ini menurun padaku. Ketika anakku bersekolah, aku juga berpikiran sama dengan ibuku. Betapa repotnya anakku nanti harus berkebaya tapi pingin lari-lari untuk bermain dengan teman-temannya, berpanas-panasan di tengah lapangan, naik kendaraan umum pergi dan pulang sekolah. Ya sudahlah, untuk apa harus repot pagi-pagi antri minta didandani di salon-salon apalagi jika harus keluar uang untuk sewa pakaian nasional.

Tidak. Pakai yang ada di rumah saja dan dandan semampu yang bisa aku lakukan saja. Jadi, anak-anakku tidak kehilangan kesenangan mereka untuk bermain bersama teman-temannya.

Jika dipikir-pikir, pada akhirnya, karena sibuk dengan perayaan seremonial berkebaya di hari Kartini, kita semua malah jadi lupa sebenarnya apa sih esensi dari peringatan hari Kartini itu.


Esensi dari peringatan Hari Kartini adalah, bagaimana sebuah usaha dilakukan oleh seorang Kartini, yang notabene seorang perempuan bangsawan Jawa untuk mendobral pakem saat ini dimana berkembang pemahaman bahwa letak perempuan itu bukan di depan, tapi di belakang. Bersembunyi di belakang punggung suaminya, dan tertutup di balik asap dapur dan pagar rumahnya. Jadi, tidak perlu punya pendidikan tinggi atau menguasai ilmu pengetahuan. Buat apa? Toh perempuan tetap harus ada di rumah juga. Nah, pemahaman ini yang ingin diprotes oleh R.A Kartini.

Alhamdulillah ya, jika kita melihat sekarang, ada banyak sekali kiprah perempuan di tengah masyarakat. Bahkan, perempuan juga ikut serta bukan hanya di aneka sektor pekerjaan tapi juga berjaya di rumah-rumah mereka.

Coba deh, saat pandemi COVID 19 saat ini, perempuan, yaitu para ibulah yang paling sibuk dalam keseharian mereka. Mereka menjadi guru pendamping para murid yang melakukan cara belajar sistem daring di rumah; mereka juga menjadi cheff yang harus memutar otak bagaimana caranya uang yang terus menipis karena suami dirumahkan hingga tambahan penghasilan sulit didapat, bisa menjadi makanan yang mengenyangkan sekaligus menyehatkan semua anggota keluarga yang ada di rumah selama ada himbauan #dirumahsaja .





Bukan hanya itu, perempuan juga terlibat aktif di banyak kegiatan untuk mencegah penyebaran COVID 19 di tengah masyarakat. Salah satunya, dengan membuat masker, atau menjual masker atau mendonasikan masker. Hehehe. Karena, untuk mencegah penularan memang ada himbauan untuk selalu mengenakan masker. Terus, karena harga masker Sensi mahal-mahal, maka perempuan memutar otak untuk memanfaatkan kain perca yang ada di rumah mereka lalu menjahitnya menjadi masker.



15 april 2020. Sepertinya, masker saat ini menjadi sesuatu yang amat berharga. Bulan Maret awal, sebelum Gubernur DKI...
Dikirim oleh Ade Anita pada Rabu, 15 April 2020
Tuh. Keren kan perempuan? Mereka sepertinya memang makhluk yang diciptakan untuk bisa survive dengan cepat di tengah kondisi apapun karena punya mental kreatif di tengah kesempitan yang mereka temukan.

Bahkan perempuan, juga terlibat aktif untuk membantu perekonomian yang sedang terpuruk saat ini dengan bidaya saling bantu sesama teman.



Jadi, tetap di rumah ya semuanya. Jika tetap ingin keluar rumah, kenakan masker jangan lupa.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar