Pengikut

Liburan Ceria di Akhir Pekan, tapi Jatuh Sakit di Hari Sekolah

| on
Oktober 10, 2016
[Jalan-jalan] Libur akhir pekan kemana saja? Kemarin, aku sekeluarga mengisi liburan akhir pekan kami dengan bertemu dan bersilaturahmi dengan keluarga suamiku. Iya, akhir pekan kemarin (tanggal 2 oktober 2016) kebetulan aku ketempatan arisan keluarga. Tapi, karena kami pikir untuk variasi suasana, maka aku dan suami memindahkan acara arisan keluarga ini yang biasanya diadakan di rumah, menjadi diadakan di rumah makan.

Alasannya sih, selain untuk variasi perubahan suasana, sekaligus untuk menjamu tamu sekalian berlibur sekeluarga besar di akhir pekan. Tempat yang kami pilih adalah di rumah makan Saung Galah yang ada di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.




Ini dia rumah makannya. 

suasana bangku-bangku di dalam rumah makan Saung Galah

aneka menunya disediakan dalam bentuk prasmanan. Jadi kita harus berjalan dan memilih sendiri mau mengambil lauk apa saja. Pilihanya banyak dan karena ini rumah makan sunda maka tentu saja menu yang disediakan adalah menu masakan Sunda.

Tentu saja, ide untuk mengadakan arisan keluarga di rumah makan ini disambut dengan suka ria oleh anggota arisan keluargaku. Apalagi di rumah makan ini, juga terdapat mushalla yang terletak di lantai 2 sehingga jika waktu shalat tiba semua orang bisa tetap menjalankan ibadah shalat seperti biasa. Kamar mandinya juga lumayan banyak dan bersih.

Kelebihan lainnya adalah, di rumah makan Saung Galah yang terletak di Jl. Gunawarman no 28 ini, mereka punya pembagian ruangan berdasarkan blok-blok yang cukup luas. Artinya, jika kita membooking untuk sebuah acara, maka ada blok ruangan yang bisa dipesan sehingga orang luar  tidak bisa masuk ke dalam blok sekat rumah makan tersebut.

Tahu sendiri kan, yang namanya arisan keluarga itu, adalah ajang untuk silaturahmi. Kesibukan di kota besar, membuat anggota keluarga kesulitan mencari waktu untuk bisa saling mengunjungi satu sama lain. Dengan adanya arisan ini, maka kami semua bisa saling bertemu dan bersilaturahmi. Menanyakan kabar, mendengar kabar, dan urun suara jika ada yang curhat atau masalah yang mengemuka.

Anak-anak sendiri, biasanya mereka akan membentuk kelompok tersendiri. Anak-anak jarang ikut bergabung dengan para orang tua jika arisan berlangsung. Nah, di rumah makan ini arealnya cukup luas untuk anak-anak berkumpul. Apalagi di pojokan rumah makan, ada sepasang kura-kura yang dibiarkan bebas berkeliaran di sebuah lorong yang cukup panjang.

Anak-anak membentuk kelompok tersendiri dan bermain di pojokan dekat sepasang kura-kura

Soal menu masakan. Menu masakannya adalah menu masakan khas Sunda.
Jika ingin membooking tempat guna mengadakan sebuah acara di rumah makan Saung Galah ini, maka kita harus memesan minimal untuk 40 paket menu makanan. Tiap satu paket menu makanan itu terdiri dari 2 masakan ayam, atau daging, atau ikan serta 4 macam sayuran atau lauk lainnya. Nasi sudah termasuk di dalamnya, dan teh tawar diberikan gratis.

Lumayan sih rasanya menurutku.


ini menu prasmanan pilihanku untuk arisan keluarga kemarin. Diletakkan di meja terpisah dari meja prasmanan untuk para tamnu rumah makan lainnya. 
menu di piringku: tumis oncom-leunca cabe hijau, tumis tahu jamur cabe hijau, dan ikan asin serta ayam bakar. Yummy. Ayam bakarnya lembut dan bumbunya meresap hingga ke tulang.

Suasana arisan alhamdulillah berlangsung gembira, penuh tawa dan suka cita. Masing-masing orang tentu saja gembira bisa bertemu dengan sanak keluarganya. Rasanya, meski kami sudah berpisah selama beberapa waktu, tapi ketika bertemu kembali semua lepas ruah ingin disampaikan. Kabar yang diperoleh pun berupa-rupa.

"Aih, alhamdulillah, sekarang dirimu sudah berjilbab ya."
"Duh, semoga lekas sembuh ya dari sakitnya."
"Selamat ya atas keberhasilannya."
"Duh, ikut prihatin atas musibah yang menimpa."
"Wah, selamat untuk usaha barunya."
"Semoga berhasil untuk rencana masa depannya."
"Semoga lekas sembuh."

Demikian begitu banyak cerita dan doa-doa yang diberikan ketika sebuah silaturahmi diadakan.

saling sapa. Yang tua menyapa yang muda, yang muda membangun keakraban dengan yang tua, yang seusia mempererat hubungan persaudaraan.

saling curhat dan sesi mendengarkan dan urun suara

Acara arisan ini berlangsung hingga pukul 15.00. Booking tempat memang diberikan hingga 3 jam. Setelah acara selesai, suamiku yang mungkin setelah bertemu dengan saudara-saudara kandungnya menjadi teringat dengan masa kecilnya dahulu.

Dulu, suamiku memang tinggal di rumah yang tepat berada di seberang rumah makan Saung  Galah ini, yaitu di Jl Gunawarman no 57. Kata suamiku, dulu, ketika ibunya masih hidup, rumahnya dijadikan sebuah toko buku.


Rumah makan Saung Galah sendiri, berdiri di atas lahan, masih cerita keluarga suamiku, rumah salah satu tetangganya. Dulu pemilik rumah memelihara anjing besar konon. Hehehe. Begini ini jika arisan diadakan. Selalu terselip cerita nostalgia sehingga orang-orang baru yang datang seperti pasangan dan anak-anak menjadi tahu cerita masa lalu dan sejarah keluarga besarnya. Jadi, tidak heran ketika arisan bubar dan semua orang menuju jalan pulang, suamiku melontarkan sebuah ide baru. "Kita jalan kaki menelusuri jalan yang aku lalui jika mau pergi ke SD ku dulu ya." Hehehe. Ini bukan ide baru sebenarnya. Suamiku senang sekali napak tilas jalan dari rumah menuju ke sekolah dasarnya ketika dia masih kecil dulu. Sepanjang jalan, akan meluncur semua kisah-kisah masa kecilnya. Ketika dia terseret arus di kali yang mendadak kebanjiran. Atau ketika dia meniti sebuah sebuah besi yang merupakan pipa gas di sebuah parit yang amat lebar. Tidak lupa menunjuk satu persatu rumah teman-teman masa kecilnya dan kisah-kisah seru masa kecilnya.

Perjalanan nostalgia, dimulai

Jalan raya menuju SD Kebayoran tempat suamiku sekolah dulu (sekarang sudah berubah nama SD-nya)


Sambil jalan, sambil bernostalgia
Mungkin, cerita masa lalu itu sepertinya sederhana ya.
Tapi ada banyak manfaat yang bisa diberikan oleh napak tilas kisah masa kecil yang kita ceritakan pada anak-anak. Anak-anak jadi bisa membayangkan seperti apa kehidupan masa kecil orang tua mereka. Tentu saja mereka membayangkannya sesuai dengan pemikiran kekinian mereka.

Mereka pasti tidak bisa membayangkan, bahwa jaman dulu tidak ada yang namanya Ojek Online. Adanya Becak. Malah, jaman suamiku kecil dulu masih ada Helicak (seperti bemo tapi bentuk badannya membulat seperti helikopter).

Becak pun adanya di pangkalan saja. Dan harus tawar-menawar. Untuk anak sekolah, kedudukan becak termasuk mewah. Jadilah anak-anak jaman dulu lebih senang jalan kaki ke sekolah mereka. Jalan kakinya bersama dengan teman-teman yang biasanya tinggal berdekatan dengan rumah mereka.

Dulu, belum ada yang namanya gadget atau handphone. Yang ada hanya telepon rumah. Tapi, telepon rumah dijaga ketat oleh orang tua masing-masing. Jika tidak perlu-perlu banget, dilarang memakai telepon sering-sering. Akibatnya, jika ingin bermain dengan teman-teman sebaya, anak-anak lebih sering jalan kaki menghampiri ke rumah temannya lalu berteriak kencang-kencang memanggil nama temannya dari balik luar pagar.

"ADEEE...ADEEE... MAIN YUKKK."

Itu yang lebih sering. Kejadian memanggil dan menghampiri teman ini akan bertambah seru jika ternyata temannya atau tetangga temannya memelihara anjing galak. Waaaahhh... baru sekali teriak bisa-bisa yang datang menyambut adalah anjing galak ini. Mereka akan menyalak kuat-kuat dan anak-anakpun lari menjauh sambil tertawa-tawa karena kaget. Tapi, tetap usaha memanggil lagi.


Pemandangannya bagus, banyak pohon rindang dan jalannya tidak ramai. Serasa jalan di Kebon Raya Bogor karena banyak pohon. Siapa yang menyangka bahwa ini di daerah kota Jakarta, di tengah perumahan. 

Anak-anak jadi belajar menikmati dan merasakan perjalanan jauh yang ditempuh ayahnya dulu ketika masih kecil.  Jadi, kurang lebih anak-anak jadi tahu bahwa jalan kaki ke sekolah itu hal yang biasa sejak dulu. Jangan manja. 
Jaman dulu, karena tidak ada yang namanya playstation, Wii, gadget, handphone, game komputer, maka semua anak jika ingin bermain bersama dengan teman-temannya langsung berjalan mencari lapangan terdekat.

Jika tidak ada lapangan terdekat, mereka mencari tanah kosong atau kebun yang cukup lapang. Atau jalan raya yang paling sepi dari kendaraan. Lalu mulai menggelar permainan.

Main galasin, petak umpet, pentak lari, gobak sodor, bola gebok, nenek gerondong, 7 batalyon, benteng, kelereng, kasti, atau sepak bola.

Jika malam hari, paling seru main nenek gerondong, atau ular naga panjangnya. Tapi jika cuaca cerah di siang hari, semua permainan terasa seru.

Peluh, keringat, baju yang kotor terkena cipratan tanah, lumpur, air, lembaran bola, sudah biasa dialami oleh para anak-anak jaman dulu.

Nah, ini adalah taman yang jaman dulunya adalah sebuah lapangan sepak bola.
Kata suamiku, ini dulu adalah lapangan sepak bola tempat dia bermain sepak bola dengan teman-temanya. Sekarang jadi ruang hijau.
Anak-anakku, dan aku, meski sudah mendengar cerita suamiku beberapa kali tentang masa kecilnya, rasanya tetap tidak bosan untuk mendengarnya lagi (eh, bosan sedikit sih, tapi seru-seru saja sih, jadi tidak mengapa mendengar kembali). Bisa jadi, cerita itu tidak bosan didengar karena kami, aku dan anak-anak, diberi kebebasan untuk menambahkan bumbu-bumbu agar ceritanya bisa lebih seru sesuai dengan imajinasi kami masing-masing.

Seperti kemungkinan untuk bergelayutan di akar pohon ketika harus melewati pipa yang melintasi parit lebar. Atau menambahkan khayalan pada sebuah cerita lain.  Kadang, bisa jadi ajang untuk melontarkan ledekan juga sih. Kapan lagi bisa bercandain orang tua. (#eh).

Tanpa terasa, jalanan yang kami tempuh untuk berjalan-jalan itu cukup jauh. Karena asyik bercerita dan bercanda, tertawa-tawa dan menghayal macam-macam, bahkan kami lupa untuk minum atau makan cemilan. Pokoknya jalan kaki saja terus sambil mulut terus ngoceh atau tertawa. Benar-benar liburan akhir pekan yang ceria.

Hingga gerimis datang kecil-kecil. Dan kami pun memutuskan untuk pulang dengan menghentikan taksi yang lewat di belakang Elektronik City-Senopati.

lumayan juga jauh jalannya, dari Jalan Gunawarman hingga jalan Senopati.

Tiba di rumah, setelah makan malam, anak-anak mulai pegang buku dan belajar. Iya, besok di hari senin adalah hari pertama pekan UTS, ujian tengah semester, untuk anak SD dan SMA.

Hari Senin pun tiba. Pagi-pagi aku mengantar anakku yang bungsu ke sekolah. Pulang sekolah, karena hari itu adalah hari pertama pekan UTS, maka pulangnya lebih cepat. Aku pun menjemput anakku di pukul 12 siang itu.

Tiba di sekolah, aku kaget. Karena anak bungsuku aku dapati sedang tidur dengan kepala menelungkup di atas meja kantin sekolahnya. Aku pegang pundaknya dan dia pun mengangkat wajahnya menghadapku. Ketika itulah aku lihat wajahnya berwarna merah padam, seperti kepiting rebus. Aku kaget bukan kepalang.

Segera kupegang keningnya, ternyata suhu tubuhnya panas sekali. Aku segera mengajaknya pulang. Duh. Gimana ceritanya ini, kemarin ketika diajak liburan di akhir pekan sambil arisan keluarga dan jalan-jalan dia ceria sekali. Tapi kenapa hari ini, hari sekolah dia malah jatuh sakit.

Di dalam taksi, segera aku beri dia Tempra setelah sebelumnya aku ukur suhu temperatur tubuhnya sudah mencapai angka 38,2*C.

suhu temperatur tubuhnya sudah mencapai 38,2*C. 

memberi tempat di dalam taksi yang tengah melaju

langsung minum Tempra

"Dik, kenapa bisa sakit gini? Mana lagi pekan UTS lagi." Anakku hanya bisa menatapku lesu. Wajahnya masih berwarna merah seperti kepiting rebus. Pelupuk matanya setengah tertutup seperti orang mengantuk. Wajahnya terlihat lelah dan kepayahan.

Aku tentu saja khawatir. Karena sudah memberi Tempra, aku pikir aku masih bisa membawanya pergi ke suatu tempat dulu. Ada sebuah urusan yang harus aku selesaikan hari itu. Jadi, aku pun membawa anakku ke suatu tempat dulu.

Di tempat yang dituju, anakku sudah tidak kuat lagi duduk. Dia langsung berbaring di atas sofa yang disediakan. Lalu jatuh tertidur sambil meringkuk. Aku segera menyelesaikan urusan yang harus aku selesaikan di tempat itu setelah sebelumnya minta izin karena sofa dipakai anakku untuk tidur karena dia sedang tidak enak badan.

Setelah selesai, kami bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Tapi, karena aku melihat pelupuk matanya semakin sayu dan wajahnya semakin kehilangan "cahaya keceriaan layaknya anak-anak", aku pun bertanya padanya.

"Dik, mau pulang atau ke rumah sakit saja?" Anakku ini termasuk yang tidak suka bau rumah sakit dan juga takut disuntik.

"Ke rumah sakit saja  deh." Tapi dia meminta untuk dibawa ke rumah sakit. Berarti, dia benar-benar merasa ada yang tidak enak dengan tubuhnya. Maka, aku pun segera membawanya ke rumah sakit.

Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata kata dokter, anakku kena radang. Syukurlah, bukan sesuatu yang berbahaya. Tapi, tetap harus diwaspadai karena radang ini disertai dengan demam dan panas yang tinggi. Dugaan lain, mungkin juga dia kurang minum. Anak bungsuku ini memang sering lupa minum. Jika tidak ada yang mengingatkan, dia bisa betah seharian tidak minum setetespun. Apalagi jika sudah main dengan temannya. Nah, kemarin, dia asyik main dengan saudara-saudaranya yang sebaya jadi tidak ada yang mengingatkan dia untuk minum air putih. Lalu ketika jalan-jalan kami asyik ngobrol dan bercanda hingga lupa minum air putih juga.

"Saya beri obat ya bu. Ada obat panas apa di rumah?" kata dokter anak yang aku datangi di rumah sakit tersebut.
"Saya ada Panadol tablet dan Tempra Syrup untuk anak di atas 6 tahun dok di rumah."
"Hmm, keduanya sama saja. Sama-sama mengandung paracetamol. Tapi, Tempra Syrup sepertinya lebih baik sih, karena bentuk syrup itu cepat bereaksi di dalam tubuh anak. Kalau yang tablet butuh waktu untuk larut terlebih dahulu. Pakai Tempra Syrup nya saja deh bu. Takarannya disesuaikan saja ya, 12,5 ml. Lalu, ini saya beri obat tambahan untuk mengobati radangnya."

Akhirnya, aku pun meneruskan memberikan Tempra Syrup pada anakku.

Mengapa Memilih Tempra?






Sempat nih, kakakku bertanya padaku mengapa aku memakai Tempra pada anak bungsuku ini. Bukan bertanya sih, lebih tepatnya meragukan keputusanku mengapa menggunakan Tempra. Ini mengingat anakku sudah berusia 10 tahun. Dalam benak kakakku, Tempra itu hanya diperuntukkan untuk anak kecil saja.



Untuk diketahui, Tempra itu tersedia untuk 3 kelompok usia. Yaitu untuk usia 0 hingga 1 tahun, lalu untuk usia 1 - 6 tahun, dan terakhir untuk usia di atas 6 tahun (hingga maksimal berusia 12 tahun).

Tempra Forte itu mengandung 250 mg paracetamol. Tempra Forte yang mengandung paracetamol ini bekerja sebagai antiperotika pada pusat pengaturan suhu di otak dan analgetika dengan meningkatkan ambang rasa sakit. Bekerja langsung di pusat panas,  dan tidak menimbulkan iritasi lambung. Juga tidak mengandung alkohol.  Dengan kata lain, Tempra cepat menurunkan demam.

Digunakan untuk pasien dengan indikasi sebagai berikut: untuk meredakan demam, rasa sakit dan nyeri ringan, sakit kepala dan sakit gigi, demam setelah imunisasi.

Aku mengenal pertama kali Tempra Forte ini ketika anak sulungku baru lahir dulu (dia sudah berusia 22 tahun sekarang alhamdulillah). Setelah mendapatkan imunisasi DPT yang jaman dulu pasti akan menyebabkan panas dan demam, dokter merekomendasikan untuk memberi Tempra syrup setiap 4 jam sekali. Untuk bayi, Tempra syrup ini diberikan dengan bantuan pipet yang akan meneteskan syrup ke dalam mulut bayi dengan mudah. Di pipet tersebut, sudah tercetak  takaran obatnya. Jadi, kita tinggal memenuhi pipet dengan dosis takaran yang dibutuhkan. Jangan berlebihan saja pokoknya.

Untuk anak yang bukan bayi lagi, dosis takaran obat disediakan dengan gelas ukuran mini yang terbuat dari plastik. Sudah ada ukurannya juga, jadi insya Allah kita tidak perlu lagi mengira-ngira apakah obatnya kurang atau lebih sebagaimana jika kita menggunakan sendok. Karena meski sendok itu dibedakan antara sendok teh dan sendok makan tapi ukuran cekung dan lebar sendok itu bermacam-macam alias berbeda-beda. Padahal, yang namanya obat itu harus benar-benar pas ukurannya agar bisa diperoleh manfaat dari obat tersebut. Kalau kekurangan, bisa jadi obat jadi tidak bisa bekerja (jadi kita ngerasa sudah ngasih obat padahal sebenarnya obatnya kurang. Jadilah panas demam anak terus meningkat dan itu berbahaya karena panas yang terlalu tinggi bisa menyerang otak  dan syaraf). Sedangkan penggunaan yang kebanyakan, bisa menyebabkan kerusakan hati dan reaksi hypersensitif.

Sikap hati-hati juga harus diperhatikan untuk pemberian obat ini pada penderita penyakit ginjal. Dan bahkan tidak boleh digunakan oleh mereka yang mengkonsumsi alkohol, karena bisa menyebabkan kerusakan fungsi hati.

Jadi, pakai sesuai aturan dan jika sakit berlanjut harus hubungi dokter ya.

Kenapa aku memilih Tempra Forte?
Karena
1. Dia punya gelas ukuran praktis yang menyertai botol plastiknya.
2. Rasanya adalah rasa buah-buahan jadi anak-anak suka.
3. Aku sudah memakai Tempra sejak anak-anak masih pada bayi dulu.


3 peruntukan usia yang tersedia


Alhamdulillah, hari selasa sakit, hari rabunya anakku sudah sehat kembali (meski belum 75% pulih seperti sedia kala). Sehingga, hari rabu itu anakku bisa kembali mengikuti UTS di sekolahnya.

Kuncinya: istirahat yang cukup, hindari makan ciki-cikian dulu, atau ice cream, banyak-banyak minum air putih, dan beri Tempra minimal setiap 4 jam sekali (jangan diberikan sebelum jarak 4 jam terlewati, dan pemberian maksimal tidak boleh lebih dari 5 kali dalam 24 jam).

Oh ya, jika sudah tidak digunakan lagi, simpan Tempra Forte ini pada temperatur 25*C -30*C dan terlindungi dari cahaya ya.




“Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Taisho.”


32 komentar on "Liburan Ceria di Akhir Pekan, tapi Jatuh Sakit di Hari Sekolah"
  1. Senengnya ngumpul sama keluarga... kalau aku tanggal 2 kemarin Arisan Ilmu, ggsempat dech liburan sama Arjuna :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi kan arjuna dapat oleh-oleh dari mamanya, jadi senang juga tetap.

      Hapus
  2. Seru banget arisan keluarganya. Kumpul2 memang paling pas sambil makan enak. Itu menu masakan Sundanya bikin ngiler, kaaaakk...

    Tapi habis liburan terus anak demam tetep aja kepikiran, ya. Untung sedia Tempra.

    BalasHapus
  3. Kalau untuk keluarga, harus selalu ada obat penurun panas ya Mbak Ade

    Eh playstasiun, maksudnya .. playstation?

    BalasHapus
    Balasan
    1. oo.. aku typo ya.. aku benerin dulu deh.. hahaha.. maaf ya

      Hapus
  4. Sedia obat sebelum terlambat, obat penurun panas yang pas buat keluarga

    BalasHapus
  5. Lho, si adik lagi jalan-jalan kok sakit?. Untung selalu sedia Tempra ya mbak, ini obat demamku pas masih kecil dulu. :D

    BalasHapus
  6. Kalau di keluarga saya, yg suka sakit abis liburan itu saya :D

    BalasHapus
  7. Aku sama suami sering nostalgia juga sama anak-anak. Tapi karena kebanyakan ceritanya masa kecil suami waktu liburan di rumah neneknya di Boyolali. Jadi tiap kali ke Solo dan menjelang tiba di kota Boyolali, meluncur lah nostalgia masa kecil suami.

    BalasHapus
  8. Waah untung ada Tempra ya mbak.Jadi demamnya cepat turun dan masih bisa mengikuti UTS keesokan harinya.

    BalasHapus
  9. mb Ade aku juga dari anakp pertama sampai si Miqdad sekarang pakenya Tempra.

    BalasHapus
  10. Obat penurun demam yg aku simpan ya tempra ini. Luhurna kemaren aku terlalu menggantungkan ga bawa ternyata demen jd malem2 bingung

    BalasHapus
  11. Aku jatuh cinta sama pemandangan alam yg ijo d tengah2 perumahan itu mbak. Segerr lohhh viewnya hee

    Lekas sembuhh yaa Hawna ^_^

    BalasHapus
  12. Suami Mbak napak tilas sambil cerita pengalaman seru ke anak-anak ya Mbak, pasti ada kebanggaan sendiri yah Mbak :)

    anaknya sekarang udah sehat kan Mbak? saya belum pernah pake Tempra ini untuk anak, nanti mau stock juga ah :)

    BalasHapus
  13. Waah serunya arisan keluarga, sekalian bisa kopdar ya Mba Ade :)

    Waah Tempra ini memang bagus sih untuk turunin demam, anak teman saya juga pake ini kalo demam.

    BalasHapus
  14. rumah makannya keliatan nyaman ya mba...
    untung ada tempra ya mba, demamnya cepat turun. jadi inget anak saya, waktu mau lomba sepatu roda, udah jauh2 dateng ke Semarang, saatnya lomba dia malah sakit, badannya demam :(

    BalasHapus
  15. Sama nih anak-anak juga pake tempra kalo demam.
    Dan kalo ke luar kota pasti wajib deh bawa tempra ini buat jaga-jaga kalo anak tiba-tiba demam.

    BalasHapus
  16. Habis jalan2 malah sakit...
    Untung Mak Ade sigap nyiapin Tempra

    BalasHapus
  17. Aduh, kecapekan ya pasti, sampe demam gitu pulangnya. Untung ada Tempra ya mba, andalan banget buat nurunin demam :)

    BalasHapus
  18. Ini kayak aku banget mba. Jaman kecil selalu sehat kalo jalan-jalan, pulangnya sakit �� Jadi kalo jalan jauh sama anak2 selalu sedia Tempra untuk jaga-jaga ��

    BalasHapus
  19. Kalo Salfa demam saya juga khawatir banget, Mbak
    Tempra jadi rekomendasi yang tepat deh. Nanti Salfa pakai Tempra aja

    BalasHapus
  20. duhhh jangan sampai sakit nak, semoga sehat selalu ya, paling sedih kalau anak jatuh sakit

    BalasHapus
  21. Serunya ide kumpul keluarganya Mba :)

    BalasHapus
  22. Pas baca bagian ini:

    "ADEEE...ADEEE... MAIN YUKKK."

    Kok keingatnya: "Ade, aku besok kerja. Ada sidang Thesis, nih."
    HAHAHAHAHA

    Ibu siaga banget. Sll sedia obat2an kemanapun pergi.

    BalasHapus
  23. Cerita nostalgia selalu menarik buatku mba adee. Aku kalo ketemu kakak adek, ortu, temen lama paling hobi cerita masa lalu.

    BalasHapus
  24. Cerita nostalgia selalu menarik buatku mba adee. Aku kalo ketemu kakak adek, ortu, temen lama paling hobi cerita masa lalu.

    BalasHapus
  25. Seneng ya bisa bernostalgia, Hawna mungkin kecapeaan dan sakit karena kegrimisan ya Mbak. Untung ada Tempra

    BalasHapus
  26. tidak ada efek sampingnya ya Bu?
    terus berapa lama efeknya akan terasa setelah minum obat?
    thank

    BalasHapus
  27. enak ya mbak bsa berlibur bersama keluarga, apalagi sama keluarga besar, kalo di keluarga saya diadakan setiap setahun sekali pas habis lebaran aja hehe..

    BalasHapus
  28. Memang beneran nggak enak ya kalau habis liburan ada yang sakit.

    BalasHapus
  29. kayak nya adem banget suasananya ya.

    BalasHapus
  30. waktuku kecil paling ogah ini sama yang ke ginian ..paiiiit :p

    BalasHapus