[Jalan-jalan] Akhirnya, Jakarta (sebenarnya pemerintah menetapkannya di beberapa wilayah di Pulau Jawa dan Bali sih tapi karena aku tinggal di Jakarta jadi aku cerita tentang Jakarta saja), diturunkan PPKM nya dari level 4 menjadi level 3. Alhamdulillah. Tapi secara keseluruhan, pada periode PPKM 7-13 September 2021, terdapat perubahan status level di sejumlah kabupaten/kota. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, saat ini hanya 11 kabupaten/kota di Jawa-Bali yang masih berada di level 4 dari sebelumnya berjumlah 25 kabupaten/kota.
credit foto dari https://money.kompas.com/read/2021/09/07/102817326/daftar-lengkap-daerah-ppkm-level-2-3-dan-4-di-jawa-bali |
Jika diperhatikan, memang sih, alhamdulillah berita kematian sudah semakin jarang terbaca di akun meeia sosial yang aku miliki. Atau kabar meninggal dunia atau kasus terpapar akibat covid 19 yang dialami oleh tokoh selebritas juga jauh berkurang.
Di bulan Juni hingga bulan Juli, aku pernah mengalami episode dimana aku tidak membuka akun facebookku sama sekali karena tidak kuat mengalami kesedihan akibat nyaris setiap hari membaca berita duka kematian akibat Covid 19. Entah itu orang tuanya, neneknya, kakeknya, pamannya, saudara kandungnya, anaknya, cucunya, sahabat dekatnya, saudara yang disayanginya, muridnya, atau gurunya. Atau ustadnya. Banyak sekali berita kematian bermunculan.
Hal ini tidak mengherankan dan memang sudah diperkirakan oleh para ahli epidemiolog. Bahwa Indonesia akan mengalami gelombang serangan Covid 19 varian Delta yang efeknya lebih dasyat ketimbang gelombang Covid 19 di awal-awal. Dan qadarullah, atas izin Allah, perkiraan para epidemiolog ini terbukti. Indonesia di pertengahan Juli malah nomor 2 di bawah Brasil utk jumlah yg terkonfirmasi positif covid 19 dan malah Indonesia pernah memecahkan rekor jumlah kematian dalam sehari akibat cobid 19 ngalahin Brasil.
sumber informasi: https://bit.ly/3DTRta2 |
Kemarin, aku dan suami akhirnya bisa kembali makan berdua di Sushi Tei setelah selama nyaris empat bulan (4 bulan) kami tidak pernah lagi makan di luar.
hidangan pembuka di Sushi Tei |
Kami masuk buat makan itu pukul 13.45 WIB. Scan menu, dulu dengan cara membidik barcode yang tertera dengan kamera handphone, lalu diklik link yang muncul tidak lama di layar kamera handphone.
Munculnya seperti ini nih:
Nah. enaknya sudah berada di PPKM level 3 itu, sekarang pelayan restoran sudah bisa menawarkan apakah kami ingin daftar menu fisik atau tidak. Dulu, ketika masih PSBB dan PPKM awal, nyaris semnua pelayan restoran menyarankan untuk melihat pada daftar menu digital dengan cara menscan bardoce menu yang ada di meja masing-masing pembeli.
Tapi, karena sudah terbiasa dengan daftar menu digital jadi aku dan suami sepakat menolak untuk melihat daftar menu fisik.
Ketika masih PPKM level 4, semua gerai Sushi Tei tidak melayani layanan makan di tempat. Hal ini karena kebijakan bahwa semua daerah yang masih berada di PPKM level 4, hanya bisa melayani layanan makan di tempat selama 20 menit saja. Untuk restoran yang menerapkan urutan hidangan mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama, hingga hidangan penutup, akan sangat kesulitan untuk menerapkan kebijakan makan di tempat hanya 20 menit saja.
Kemarin ketika aku makan berdua suami, hidangan pembuka kami datang 10 menit setelah kami duduk. Aku pesan Chuka Idako, dan suami pesan Tempura set.
Semula ingin memesan hidangan penutup tapi, ingat sedang diet. wkwkwkwk.
Nah, total waktu yang dibutuhkan untuk menikmati semua hidangan tersebut (menikmati disini artinya makan, sambil ngobrol ringan untuk mengakrabkan diri dan membuat rasa nyaman satu sama lain, plus bercanda juga dengan orang yang tidak hadir bersama kami tapi sedang berkomunikasi di grup whatsapp). adalah selama 50 menit.
Jadi, satu jam di tempat makan itu cukup lah. Alhamdulillah.
Tapi kemarin sepertinya sih belum banyak yang makan di tempat meski sudah diperbolehkan untuk makan di tempat selama satu jam. Sushi tei sepi sekali. Hanya ada beberapa orang pengunjung disana. Biasanya, untuk bisa makan di Sushi Tei, kami harus antri dan masuk waiting list terlebih dahulu. Waktu menunggu bangku kosong semakin lama ketika kita harus membawa rombongan yang lebih dari 4 orang. Itu sebabnya jika ingin makan di Sushi Tei daftar tunggunya sering hingga 2 digit. Nomor 24, nomor 17; prnah bahkan aku dan keluarga dapat nomor 34. Wkwkwkw.... ya kami batal nunggu sih akhirnya, pindah ke restoran lagi. Sudah keburu lapar duluan.
Ya. Semoga kita semua tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Agar bisa jalan-jalan dan mensyukuri hidup. Aamiin.