Pengikut

Jejak Orang Indonesia di Tembok China

| on
Agustus 29, 2016
[Jalan-jalan] Dulu, waktu aku masih kecil pernah aku pernah tergila-gila dengan buku "were is wally". Yaitu buku gambar dimana pada tiap halamannya, tugas kita adalah mencari dimana wally berada. Ciri khas pakaian Wally selalu sama: kaus lengan panjang garis-garis merah dan putih serta celana legging yang menampilkan kakinya yang langsing dan panjang berwarna biru, serta kupluk di kepala yang berwarna merah dan putih. Ciri khas Wally yang lain adalah, dia selalu mengenakan kacamata dengan bingkai tebal dan bulat berwarna coklat tua.



Buku jenis puzzle ini asyik sekali. Bukan cuma bukunya, posternya pun aku suka. Dan bahkan gara-gara suka banget sama Wally ini, aku sempat menyukai semua laki-laki yang mengenakan kacamata. hahahahaha (ape hubungannyeeee?). Ish.. namanya juga remaja ya. Ya sudahlah. Sudah masa lalu juga sih.

Apa yang membuat Wally dicari orang? Masalahnya adalah, karena Wally ini memang cowok yang aktif dan suka jalan-jalan. Dia senang berada di tempat yang ramai, asyik dengan tempat yang baru dan asing, dan gemar sekali berbaur di tengah keramaian.

Masalahnya, kita memerlukan sesuatu dimana hanya Wally yang mengetahui jawabannya. Seperti motor yang tidak bisa dihidupkan karena tidak ada kuncinya. Kuncinya dibawa oleh Wally. Masalahnya, Wally pergi kemana nih? Nah... mulailah kita harus mencari Wally yang hobbi jalan-jalan ini.

Itu tuh ceritaku tentang Wally.
Sekarang, jika kita melihat pada kehidupan kita sekarang, dengan kemajuan yang dicapai oleh teknologi internet, tanpa sadar kita sering terdorong untuk mencari keberadaan Wally juga loh. Yaitu Wally berbentuk figur seseorang yang ingin kita ketahui rekam jejaknya di media sosial. Entah itu sahabat yang sudah lama tidak pernah kita temukan sejak lulus kuliah dulu. Atau mantan tetangga yang berkesan di hati tapi sudah pindah entah kemana. Atau sekedar mencari jejak keseharian selebritis yang kita idolakan.

"Oh, ternyata wajah anaknya Ringgo itu sekarang mirip Ringgo ya di instagram."
"Ih lucu deh si Syahrini, dia habis posting jalan-jalan ke Parisnya di Instagram."
"Anaknya Yuk anu sakit ya. Tadi kakak lihat di facebook Yuk Anu nulis status minta doa kesembuhan untuk anaknya."

Nah. Status-status seperti ini banyak sekali beredar dan itu semua dalam rangka: meninggalkan jejak agar diketahui oleh orang lain yang mencari keberadaaan kita.

Rasanya, kebutuhan tiap-tiap orang untuk diketahui keberadaannya memang amat besar jaman sekarang. Khususnya orang Indonesia sih. Orang Indonesia ternyata termasuk salah satu pengguna media sosial terbesar di dunia. Rasanya keinginan untuk eksis dan narsis itu benar-benar sudah menyatu dengan darah dan daging orang Indonesia.

Tapi, tentu saja tidak semua orang dicari orang.
Tidak semua orang bisa menjadi seperti Wally yang dicari orang.
Terus... gimana dong untuk menandai dan meninggalkan jejak bahwa mereka pernah eksis di suatu tempat? Gimana caranya agar orang yang semula tidak terbetik di hatinya niat dan keinginan untuk mengetahui keberadaan Orang Indonesia di suatu tempat, akhirnya mengetahui bahwa orang Indonesia pernah meninggalkan jejak di suatu tempat.
Tembok China misalnya.

Huff.
Ternyata yang dilakukan orang Indonesia dalam rangka meninggalkan jejak di Tembok China adalah dengan cara mencoret dinding tembok raksasa tersebut. Ketika suamiku pergi mengunjungi China beberapa saat lalu, suamiku bercerita tentang kelakuan minus orang Indonesia tersebut atas tembok raksasa ini.

The Great Wall, salah satu keajaiban terbesar dunia, dengan masa konstruksi: Sekitar 2.000 tahun dari Periode Negara Perang (476 SM - 221 SM) sampai Dinasti Ming (1368-1644) , terdaftar sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1987. Sama seperti naga raksasa, Tembok Besar angin naik dan turun melintasi padang pasir, padang rumput, pegunungan dan dataran tinggi, membentang sekitar 8,851.8 kilometer (5.500 mil) dari timur ke barat Cina.

Dengan sejarah lebih dari 2000 tahun, beberapa bagian sekarang dalam reruntuhan atau telah menghilang. Namun, masih salah satu atraksi yang paling menarik di seluruh dunia karena kemegahan arsitektur dan makna sejarah.

The Great Wall awalnya dibangun pada musim semi dan musim gugur, dan Peperangan Negara Periode sebagai benteng pertahanan oleh tiga negara: Yan, Zhao dan Qin. Ia pergi melalui ekstensi konstan dan perbaikan di dinasti kemudian. Ini dimulai sebagai dinding independen bagi negara-negara yang berbeda ketika pertama kali dibangun, dan tidak menjadi "besar" dinding sampai Dinasti Qin. Kaisar Qin Shihuang berhasil dalam usahanya untuk memiliki dinding bergabung bersama untuk menangkis invasi dari Hun di utara. Sejak itu, Great Wall telah menjabat sebagai monumen bangsa Cina sepanjang sejarah







Tahukah kalian bahwa, Misteri pembangunan tembok China itu sungguh menakjubkan. Pembangunan, yang menarik berat pada sumber daya lokal untuk bahan bangunan, dilakukan sejalan dengan kondisi lokal di bawah manajemen kontrak dan sistem tanggung jawab. Sebuah pasukan besar tenaga kerja, terdiri dari tentara, tahanan dan orang-orang lokal, membangun dinding. Hasil konstruksi menunjukkan kebijaksanaan dan kegigihan orang-orang China.

Great Wall membawa sebagian besar dari budaya Cina. Ini telah lama dimasukkan ke dalam mitologi dan simbolisme Cina. Legenda yang paling terkenal adalah tentang runtuhnya bagian dari Tembok disebabkan oleh Meng Jiangnu, yang menangis sedih atas kematian suaminya setelah ia meninggal saat membangun dinding. Legenda ini telah menyebar luas melalui buku, lagu-lagu rakyat dan opera tradisional.

Duh. Sayang ya jika semua orang Indonesia setiap kali pergi berlibur melihat tembok China lalu meninggalkan  jejak berupa coretan di dinding bangunan sejarah ini. 
Jangan dong ya.


3 komentar on "Jejak Orang Indonesia di Tembok China"
  1. Astaga...kelakuan orang Indonesia. Kalau ga corat coret, buang sampah sembarangan, terus nginjek2 tumbuhan. Hambok yaa ninggalin yang baik2 gitu -__- sedih jadinya.

    BalasHapus
  2. ya ampuun bikin malu aja sih :(.. ga ada cara lain apa kalo memang mw ninggalin jejak gitu.. kliatan bgt ini antara anak alay g tau aturan, ato memang rada oneng sih pikirannya -__-.. tapi pas aku ke tembok china dulu, untungnya ga nemu ama tulisan2 gini mbak.. beda section yg didatangin kali yaa :D.. cukuplah tulis di blog aja aku mah kalo mau ninggalin jejak

    BalasHapus
  3. Astaga saya kira jejak yang bisa membuat bangga, hadeuh :(

    BalasHapus