Pengikut

Ayo Gowes

| on
Desember 30, 2016
[Jalan-jalan] Saudara-saudaraku satu persatu memberi kabar gembira sehubungan dengan liburan panjang akhir pekan. Ada yang mudik ke Sumatra, ada juga yang berlibur ke daerah wisata di beberapa tempat.
Bukan hanya saudara-saudaraku yang memberi kabar gembira seperti ini. Juga beberapa teman-temanku memberi kabar gembira bernada serupa. Tak lupa sharing foto kegembiraan mereka di tempat-tempat berlibur yang umumnya berada di luar kota.
Aku sendiri? Alhamdulillah tahun ini aku sekeluarga berlibur panjang di dalam kota Jakarta alias tidak pergi kemana-mana.

Senang? Insya Allah senang. Karena kebahagiaan itu letaknya di dalam hati, bukan di lokasi liburan. Itu prinsipku. Jadi, jika bersyukur maka insya Allah kita bisa menciptakan liburan yang tetap menghasilkan kebahagiaan dan keceriaan.

Nah, aku sekeluarga benar-benar menikmati suasana kota Jakarta yang tidak lagi padat seperti hari-hari biasanya. Jalan raya lengang, cuaca juga tidak terlalu panas terik tapi juga tidak terus-menerus hujan. Jadi?

Ini saat yang tepat untuk mengajarkan putri bungsuku belajar naik sepeda.
hehehe. Iya, setelah tahun-tahun baheula mengajarkan anak-anakku belajar naik sepeda, sekarang aku kembali mengulang kejadian yang sama. Mengajarkan kembali anak bungsuku belajar naik sepeda.

Anak bungsku sudah kelas 6 SD. Memang agak telat ya mengajarkan naik sepedanya. Semula anakku malah agak malas belajar naik sepeda.

"Kan sekarang kemana-mana juga jarang naik sepeda kan kita? Jalan kaki atau naik kendaraan kalau mau jalan-jalan?"

Hmm, iya juga sih. Tapi, tetap saja belajar naik sepeda itu rasanya harus deh diajarkan pada anak, meski jaman sekarang semua sudah serba kendaraan bermotor dan otomatis sekalipun.


Ayo Gowes, Karena:

1. Bahan bakar yang berasal dari pertambangan kian lama kian menipis.

Jaman sekarang, di Indonesia itu sebenarnya menurutku ada sebuah kesalahan yang cukup memprihatinkan. Yaitu kian maraknya penggunaan kendaraan bermotor untuk berbagai aktifitas.

Dulu, tukang sayur itu menggunakan gerobak sayur dorong. Tapi sekarang, menggunakan kendaraan bermotor roda dua. Nah, sekarang bahkan sudah ada 1 atau 2 yang menggunakan mobil bak terbuka.

Kendaraannya lebih modern, apakah membuat dagangan cepat habis? Nggak juga. Karena ketika mereka berteriak "Sayurrr", para ibu-ibu di rumah segera berlari ke depan. Begitu para ibu sampai di depan rumah, ternyata tukang sayurnya sudah cukup jauh untuk diteriaki agar mampir ke rumah. Mengapa? Karena lari kendaraan bermotor memang lebih cepat daripada lari para ibu untuk belanja sayur.
Dagangan tidak cepat habis, tapi bahan bakar tetap terpakai dan habis makin cepat.

Itu sebabnya ketika beberapa tukang sayur mengeluh, "Duh, dagangan saya kurang laku nih sejak banyak mall." Aku langsung saja berkomentar, "Nggak mang. Tapi karena mamang pake motor sekarang. Saya baru teriak mamang udah jauh."
Mereka hanya nyengir ketika aku sahuti seperti itu.

"Harga BBM makin lama bakalan makin mahal loh mang, kan persediaan minyak bumi makin menipis. Udah, pakai sepeda saja seperti dulu."
"Sekarang sudah nggak ada lagi yang naik sepeda neng. Masa mamang naik sepeda sendiri?"
(ih, terserah deh).

2. Tingkat polusi akibat kendaraan bermotor itu kian memprihatinkan.


Jakarta, beberapa tahun lalu, ketika jaman Gubernur Sutiyoso, pernah mencanangkan program "Langit Biru". Ini akibat kondisi udara di Jakarta yang kian memprihatinkan tingkat polusinya. Maka, mulailah diperbaiki sistem transportasinya. Dimulai dengan mendatangkan dan memperkenalan bus Trans Jakarta atau yang dikenal dengan nama Busway.

Harapannya sih, yang punya kendaraan pribadi beralih menjadi naik kendaraan umum. Lalu, mulai juga diberlakukan aturan bahwa hari Minggu ada peraturan "Car Free Day" di jalan Sudirman hingga pukul 12.00.

Hasilnya? Luar biasa ternyata. Karena tingkat polusi berkurang sedikit demi sedikit dan kota Jakarta pun kembali bisa melihat "Langit Biru" yang membentang di atas langit kota Jakarta. 

Mungkin, generasi sekarang atau penduduk kota Jakarta jaman sekarang tidak merasakan hal ini. Tapi aku ingat, karena dulu, langit Jakarta itu memang tidak berwarna biru. Tapi berwarna abu-abu muda akibat kepekatan polusi yang menutupi kota Jakarta.

Beberapa penggiat lingkungan hidup atau mereka yang peduli pada lingkungan hidup, tentu saja ikut mendukung program "Langit Biru" ini dengan cara mereka sendiri. Salah satunya, memilih untuk menggunakan kendaraan sepeda ke tempat kerja atau ke sekolah.

Putra sulungku, yang tahun ini berusia 22 tahun, ketika SMA termasuk orang-orang yang memilih untuk bersepeda ke sekolahnya, setiap hari.

Jadi, jika kita bisa menguasai naik sepeda, maka kita bisa ikut serta dalam kampanye untuk menjaga agar langit biru tetap menghiasi kota Jakarta.

3. Olah Raga Sepeda

Bersepeda juga berarti berolah raga loh.
Karena ketika bersepeda, maka kita menggerakkan kaki kita untuk mengayuh sepeda. Kita juga terpacu untuk berkonsentrasi mengendalikan kemudi sepeda agar terkoordinasi dengan keinginan arah yang kita tuju. Sekaligus melatih reflek untuk menghindari lubang, menghindari kendaraan yang lewat, dan mempertahankan keseimbangan agar sepeda tidak oleng.

4. Aktifitas bepergian lebih fleksibel dengan Sepeda


Nah, berbeda dengan kendaraan bermotor roda dua, bersepeda tidak terkena kewajiban untuk mengikuti aturan berkendaraan motor.

Artinya, dengan sepeda, kita bisa menggunakan jalur pejalan kaki, bisa juga melewati jembatan penyeberangan yang biasa digunakan oleh pejalan kaki. Dengan begitu, jarak tempuh dan batas waktu tempuh bisa dipersingkat.
Hal yang sama seharusnya  tidak boleh diterapkan oleh kendaraan bermotor roda dua. Itu sebabnya pada jalan masuk jembatan penyeberangan, dipasang pagar yang tidak bisa dilewati oleh motor tapi bisa dilewati oleh sepeda.

Bahkan,  untuk jenis sepeda lipat, masih diperbolehkan untuk masuk ke dalam Kereta listrik Commuter Line.


5. Sekarang, sebagaimana terjadi pada negara maju, jalur sepeda mulai diberbanyak.


Yap. Karena begitu banyak manfaat "ayo gowes" maka peminat "Bike to work" atau "bike to school" pun terus bertambah. Maka, mulailah dibuat jalur khusus sepeda di beberapa ruas jalan di ibu kota Jakarta.

Dan ternyata bukan hanya di kota besar saja jalur khusus sepeda ini diterapkan. Di beberapa daerah wisata, juga mulai disediakan jalur khusus sepeda. Meski jalanannya berupa jalan setapak, tidak beraspal, masih ada batunya,  masih ada beberapa lumpurnya, tapi disitulah justru tantangannya bagi para pengguna sepeda atau penggemar olah raga sepeda.

Beberapa waktu yang lalu, sehubungan dengan rencana mengajarkan putri bungsuku agar bisa naik sepeda, aku dan suami sempat mencari-cari sepeda yang cocok.

Ternyata, sepeda saat ini sudah bisa di buat dengan berbagai macam bentuk dan sesuai dengan kegunaannya.Ada Road Bike (yang dari namanya berarti sepeda yang diperuntukkan agar mudah dikemudikan di jalan raya beraspal), competitif Road Bike (sepeda yang diperuntukkan agar bisa dipakai untuk berlomba di jalan raya), Time Trial Bike (sepeda yang dibuat agar bisa melaju dengan amat cepat dan ringan; desainnya aerodinamis dan materialnya amat ringan), Fixed Gear atau terkenal dengan nama Fixi (hanya menggunakan single gear saja, tanpa rem atau pengaturan kecepatan yang rumit. Karena sederhana dan murah, maka sepeda ini digandrungi oleh anak-anak muda jaman sekarang. Apalagi karena bisa dicat warna warni sesuka hati).

Selain sepeda-sepeda itu, masih ada lagi jenis Mountain Bike (di Indonesia disebut juga dengan sepeda gunung, didesain agar mudah dikemudikan di daerah pegunungan yang umumnya memiliki jalur yang tidak mulus, dan tidak rata).  Lalu ada lagi All Mountain Bike (yaitu jenis mountain bike yang disertai shock absorber, hingga tetap nyaman dan ringan meski melewati jalan terjal, atau bebatuan). Ada juga free ride bike, BMX, dan sepeda lipat.

Tuh,  banyak sekali kan model sepeda yang bisa dipakai untuk jalan-jalan dan bersenang-senang? Kalian bisa mendapatkan semua model sepeda itu di toko online loh jaman sekarang. Salah satunya bisa dicari di elevania.com; karena disana ada pilihan jual sepeda. Mau cari sepeda apa saja bisa, dan mau intip harganya dulu menabung kemudian juga bisa. Bahkan, mau ambil cicilan untuk membeli sebuah sepeda juga bisa.



Jadi, mau kemana liburan akhir tahun ini? Gimana kalau.... bersepeda keliling kota?
9 komentar on "Ayo Gowes"
  1. Gowes gowes di hari Minggu dulu sering sekarang udh jrng..pengen lagi ah..yuk cari angin hehe..ini blog mba Ade yang lain ya?

    BalasHapus
  2. Aku baru kelas lima belajar sepeda roda dua. Kalo anakku alhamdulillah nih di umurnya yg menjelang 6tahun dah mulai bisa pakai roda dua, tapi baru di jalanan yang datar

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah anakku enak masih kecil dah jago... aku dulu belajar juga pas SD kelas 5 sih

      Hapus
  3. Udah lama banget aku gak naik sepeda deh Mbk, jadi pengen goes deh

    BalasHapus
  4. wah... serunya pagi pagi ngogoes speda... apa lagi tracknya menantang

    BalasHapus